Dalam
berbagai kesempatan, misalnya pada pidato pembukaan Kon-ferensi Kerja
Nasional V Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tanggl 24
Januari 2013 di Lombok, NTB, Mendikbud Mohammad Nuh me-nyatakan bahwa
pendidikan karakter dan budi pekerti mendapat perhatian khusus dalam
Kurikulum 2013.
Sampai
kini memang belum jelas struktur Kurikulum 2013 karena semuanya masih
“cair”, alias belum tersusun secara pasti. Meski sosialisasi Kurikulum
2013 sudah dilakukan di mana-mana tetapi penyempurnaannya masih
dimungkinkan. Anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah menyatakan sampai kini
(akhir Januari 2013) Panja Kurikulum 2013 belum menerima dokumen resmi
kurikulum dari kementerian pendidikan dan kebudayaan. Artinya, selama
dokumen resmi kurikulum belum dikirim ke DPR RI maka penyempurnaannya
masih sangat terbuka untuk dilakukan.
Untuk
membangun karakter dan/atau budi pekerti anak didik dalam Kurikulum
2013 ada baiknya mengacu pendapat Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar
Dewantara. Di samping Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar adalah
pendiri sekaligus pemimpin Perguruan Nasional Tamansiswa (National Onderwijs Tamansiswa).
Kiranya banyak orang mengerti bahwa pendidikan budi pekerti (dan/atau
karakter) merupakan cirikhas pendidikan Tamansiswa dengan Ki Hadjarnya.
Di Majalah Poesara edisi Februari 1954,Ki Hadjar menyatakan budi pekerti wajib disampaikan kepada siswaoleh semua guru. “Pengajaran
budi pekerti sebaiknya diberikan secara spontan oleh sekalian pamong;
jadi menurut adanya setiap kesempatan dan tidak harus menurut daftar
pela-jaran.
Pendidikan budi pekerti harus diberikan oleh tiap-tiap pamong, baik ia
mengajarkan bahasa, sejarah, kebudayaan maupun ilmu alam, ilmu pasti,
menggambar, dan sebagainya”, tulisnya.
Untuk menjabarkan konsepnya, Ki Hadjar menyampaikanpentingnya empat tingkatan dalam menanamkan budi pekerti kepada anak didik; yaitusyari’at, hakikat, tarikat, dan makrifat.
Tingkat syari’at
cocok diberikan pada anak yang sangat muda, dalam hal ini anak TK dan
RA. Adapun metodanya dengan membiasakan berperi-laku baik menurut norma
masyarakat. Anak TK dan RA tidak perlu diberi teori tentang budi pekerti
tetapi langsung dibiasakan berperilaku yang baik menurut ukuran umum;
misalnya saja mengucapkan salam ketika bertemu teman, menyatakan hormat
ketika bertemu guru, mencium tangan kalau berhadapan dengan orang tua,
dan sebagainya.
Tingkat hakikat
cocok diberikan pada anak berusia di atasnya; dalam hal ini murid SD
dan MI. Anak tetap dibiasakan berperilaku baik menurut ukuran umum
tetapi dalam waktu bersamaan mulai perlu diberi pengertian sederhana
mengenai mengapa ia harus berbuat demikian.
Contohnya,
di samping dibiasakan mengucap salam sewaktu bertemu teman mereka juga
diberi pengertian tentang pentingnya mengucapkan salam itu; misalnya
saja ucapan salam itu dapat menimbulkan ikatan hati dan keakraban lahir
batin antarteman.
Tingkat tarikat
cocok diberikan kepada anak berusia di atasnya lagi; dalam hal ini
siswa SMP dan MTs. Siswa tetap dibiasakan berperilaku baik, diberi
pengertian mengenai pentingnya hal itu dilakukan; tetapi bersamaan
waktunya juga disertai dengan aktivitas pendukung yang cocok. Misalnya
bagaimana anak-anak SMP dan MTs itu berkesenian, berolah puisi, berolah
raga, dan bersastraria sambil berolah budi. Contohnya anak-anak SMP dan
MTs dilatih menari “halus”sambil dijelaskan makna-makna gerakan yang ada didalamnya untuk menanamkan budi pekerti.
Selanjutnya tingkatan makrifat cocok diberikan pada anak berusia di atasnya lagi; yaitu siswa SMA, MA dan SMK. Sang anak disentuh pema-haman dan kesadarannya sehingga berperilaku baik bukan sekedar kebiasa-an dan berpengertian, tetapi berkesadaran di lubuk hatinya untuk melakukan hal itu. Dalam bahasa Tamansiswa sampai tingkatan “Tringa”; yaitu ngerti (mengerti), ngrasa (merasakan) dan nglakoni (menjalankan). Sang anak mengerti maksud berperilaku baik; dan perilakunya tersebut dijalankan berdasarkan kesadaran diri.
Salah
satu isu menarik Kurikulum 2013 menyangkut penambahan jam pelajaran dan
pengurangan mata pelajaran. Di SMP misalnya dalam struktur KTSP
terdapat 12 dan dalam Kurikulum 2013 tinggal 10 mata pela-jaran; terjadi
pengurangan 2 mata pelajaran, termasuk TIK. Argumentasi-nya, nanti TIK
bukan mata pelajaran tetapi menjadi sarana pembelajaran pada semua mata
pelajaran. Sementara jumlah jam pelajaran ditambah 6 jam setiap minggu.
Di
SD juga sama. Dalam struktur Kurikulum 2013 hanya ada 6 dari semula 10
mata pelajaran; artinya terjadi pengurangan 4 mata pelajaran, termasuk
IPA dan IPS. Argumentasinya IPA dan IPS akan diintegrasi da-lam mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Sementara jumlah jam pelajarannya justru
bertambah 4 jam setiap minggu.
Kalau
nantinya TIK di SMP berubah menjadi sarana pembelajaran artinya semua
guru harus memiliki keterampilan yang memadai untuk memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran agar
produktivitasnya semakin optimal. Disinilah masalahnya! Jangankan guru
di daerah “remote” yang aksesabilitas teknologinya rendah, guru di kota
saja masih banyak yang tidak familiar terhadap kemajuan teknologi
pembelajaran. Banyak guru belum terbiasa menjalankan komputer, mema-kai
LCD Projector, membuka internet, mengunduh (down load) materi pembelajaran, mengunggah (up load) karya akademik, dsb. Guru seperti ini jelas bukan “Guru Kurikulum 2013”, guru yang siap menjalankan Kuriku-lum 2013.
Di
SD, kalau IPA dan IPS diintegrasi dalam Bahasa Indonesia maka gurunya
harus menguasai materi IPA dan IPS. Di SD berlaku sistem ‘guru kelas’;
artinya setiap guru mengajar semua mata pelajaran untuk satu kelas.
Dalam praktiknya banyak SD memberlakukan ‘guru mata pelajaran’ pada
siswa tingkat 4 sd 6 karena sistem ‘guru kelas’ dianggap tidak efektif.
Penguasaan
IPA dan IPS oleh guru bahasa Indonesia bukan pekerjaan mudah karena
banyak guru Bahasa Indonesia yang sudah berat memikirkan materi
kebahasa-indonesiaannya sendiri. Buktinya di beberapa daerah hasil Ujian
Nasional (UN) atau Ujian Akhir Sekolah Bertaraf Nasional (UASBN) Bahasa
Indonesia lebih rendah dibanding mata pelajaran lain. Kita memer-lukan
“Guru Kurikulum 2013”; guru Bahasa Indonesia yang menguasai Bahasa
Indonesia sekaligus IPA dan IPS !!!*****
sumber : http://dinamikaedukasidasar.org/membangun-karakter-peserta-didik-melalui-kurikulum-2013/#.U5wuLlGjbUk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar