BEDAH KISI-KISI
UJI KOMPETENSI GURU
SD
TAHUN 2015
(KELAS RENDAH)
Oleh :
AKHMAD
RODHI
Guru SDN
Sumurjalak III Kec. Plumpang
KOMPETENSI UTAMA : PEDAGOGIK
No
|
Kompetensi Guru
|
Indikator
|
Penjelasan
|
1
|
1.1
Memahami karakteris-tik peserta didik usia sekolah dasar yang berkaitan
dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosiona, moral, spiritual, dan latar
belakang sosial budaya.
|
1.1.1
Menjelaskan tahapan perkem-bangan perilaku dan pribadi peserta didik
|
Karakteristik Perkembangan
Anak Usia SD/MI (Usia 7-13th)
a. Segi Psikomotorik
Ø Anak sudah memiliki gerakan
yang bebas dan aman. Hal ini berguna untuk melakukan berbagai gerakan motorik
kasar (jasmani) seperti memanjat, berlari dan menaiki tangga.
Ø Memiliki kemampuan dalam
melakukan koordinasi dan keseimbangan badan. Misalnya ketika berjalan atau
berlari dengan berbagai pola
Ø Anak sudah dapat
memperkirakan kegiatan/gerakan yang berbahaya dan tidak berbahaya
Ø Anak sudah dapat memakai
pakaian dengan rapi
Ø Anak sudah bisa menunjukkan
kebersihan dalam berpakaian, badan dan alat-alat yang dibawa
b. Segi Mental
Ø Anak sudah mulai memahami
beberapa konsep abstrak seperti menghitung tanpa menggunakan benda
Ø Anak sudah dapat
menghubungkan suatu objek atau kejadian dengan konsep tertentu yang bersifat
abstrak. Misalnya tentang luas dan volume
Ø Anak dapat menunjukkan
kreativitasnya dalam membentuk sesatu karya tertentu
Ø Anak dapat menciptakan
sesiatu bentuk/benda dengan menggunakan alat
Ø Anak dapat membuat
gambar-gambar dengan menggunakan sudut perspektif sederhana
Ø Anak dapat menampilkan sifat
ingin tahu
Ø Anak dapat merumuskan dan
menunjukkan pengertian terhadap sesuatu
Ø Anak sudah dapat mengikuti
peraturan yang berlaku umum
Ø Anak dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan guru, baik sendiri maupun kerja sama
Ø Anak
dapat menunjukkan aktivitasnya dalam berbagai kegiatan sekolah
maupun di lingkungannya
Ø Anak dapat memperlihatkan
insiatif dan alternative untuk memecahkan masalah-masalah tertentu
c. Segi Sosial – Emosionalitas
Ø Anak mulai tidak suka terikat
dengan orang dewasa
Ø Anak dapat menunjukkan
penghargaan terhadap guru atau orang dewasa lainnya
Ø Anak dapat menunjukkan sikap
empati terhadap suatu kondisi
Ø Anak menunjukkan keceriaan
dalam berbagai aktivitas bersama kelompok teman sebayanya
Ø Anak dapat menunjukkan sikap
marah dalam kondisi yang wajar
Ø Anak menunjukkan kepedulian
terhadap orang lain
Ø Anak menunjukkan tenggang
rasa dan penghargaan terhadap teman
Ø Anak menunjukkan rasa
solidaritas terhadap teman sekelompoknya
Ø Anak telah memiliki
kemauan untuk menceritakan sesuatu kepada teman-temannya
Contoh soal :
Berikut
ini adalah Karakteristik Anak Usia SD dari segi Mental, yaitu....
a. Anak mulai tidak suka terikat
dengan orang dewasa
b. Anak sudah memiliki gerakan
yang bebas dan aman. Hal ini berguna untuk melakukan berbagai gerakan motorik
kasar (jasmani) seperti memanjat, berlari dan menaiki tangga.
c.
Anak menunjukkan tenggang rasa dan
penghargaan terhadap teman
d. Anak dapat menunjukkan
kreativitasnya dalam membentuk sesatu karya tertentu
|
1.1.2
Menjelaskan implikasi prinsip-prinsip perkembangan perilaku dan pribadi
peserta didik terhadap pendidikan
|
|||
1.1.3
Membedakan berbagai jenis kecerdasan
peserta didik berdasarkan ciri-cirinya
|
Menurut Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Universitas
Harvard,
menyatakan ada delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, diantaranya
adalah:
Orang yang
memiliki kecerdasan ini merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata
saat berbicara maupun menulis. Orang tipe ini biasanya gemar mengisi TTS,
bermain scrable, membaca, dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan
jelas. Jika orang memiliki kecerdasan ini, maka pekerjaan yang cocok
adalah jurnalis, penyair,
atau pengacara.
2. Kecerdasan matematik atau
logika
Tipe kecerdasan
ini adalah orang yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka
mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat,
menciptakan hipotesis, dan pandangan hidupnya bersifat rasional. Pekerjaan
yang cocok jika memiliki kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan,
atau progammer.
3. Kecerdasan spasial
Mereka yang
termasuk ke dalam tipe ini memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan,
warna, garis, bentuk, dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat
sketsa ide dengan jelas. Pekerjaan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini
adalah arsitek, fotografer, desainer, pilot,
atau insinyur.
4. Kecerdasan kinetik dan
jasmani
Orang tipe ini
mampu mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan
berbagai kegiatan yang mengandalkan fisik. Pekerjaan yang cocok untuk mereka
adalah atlet,
pengrajin, montir, dan penjahit.
5. Kecerdasan musikal
Mereka yang
termasuk ke dalam tipe ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan
menikmati bentuk musik dan suara. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan
musikal yaitu suka bersiul, mudah menghafal nada lagu yang baru didengar,
menguasai salah satu alat musik tertentu, peka terhadap suara sumbang, dan
gemar bekerja sambil bernyanyi. Pekerjaan yang cocok untuk mereka
adalah penyanyi atau pencipta lagu.
6. Kecerdasan interpersonal
Orang tipe ini
biasanya mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan
temperamen orang lain. Selain itu, mereka juga mampu menjalin kontak mata
dengan baik, menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong
orang lain menyampaikan kisahnya. Pekerjaan yang cocok untuk orang tipe ini
antara lain networker, negosiator,
atau guru.
7. Kecerdasan intrapersonal
Orang tipe ini
memiliki kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara
adaptif berdasarkan pengenalan diri. Ciri-cirinya yaitu suka bekerja sendiri,
cenderung cuek, sering mengintropeksi diri, dan mengerti kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.
8. Kecerdasan naturalis
Orang yang
memiliki kecerdasan ini mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya
secara produktif serta mengembangkan pengetahuannya mengenai alam. Ciri-ciri
orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu mencintai lingkungan, mampu
mengenali sifat dan tingkah laku hewan,
dan senang melakukan kegiatan di luar atau alam. Kecerdasan ini biasanya
dimiliki oleh petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
|
||
1.1.4
Membedakan berbagai aspek perkembangan
peserta didik berdasarkan ciri-cirinya
|
Ø
Secara
umum perkembangan peserta didik dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek
perkembangan, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.
1.
Perkembangan aspek fisik
Perkembangan fisik atau yang disebut
atau yang disebut juga pertumbuhan biologis (biological growth) meliputi
perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf,
organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dll.), dan
perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya
(seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta
perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung,
penglihatan dan sebagainya).
2.
Perkembangan aspek kognitif
Perkembangan kognitif adalah
salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yang semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Perkembangan kognitif ini
meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan menilai dan memikirkan lingkungannya.
3.
Perkembangan Aspek
Psikososial
Perkembangan psikososial
adalah proses perubahan kemampuan-kemampauan peserta didik untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Dalam proses perkembangan ini
peserta didik diharapkan mengerti orang lain, yang berarti mampu
menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan dirasakan dan
diinginkan serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain, tanpa
kehilangan dirinya sendiri, meliputi perubahan pada relasi individu dengan
orang lain, perubahan pada emosi dan perubahan kepribadian.
|
||
1.1.5
Menjelaskan tahapan perkembangan kemampuan intelektual peserta didik
|
Ø
Jean
Piaget, membagi perkembangan Intelektual peserta didik menjadi 4 tahap:
1. Tahap Sensori motor (0,0-
2,0) : tahap berfikir melalui gerakan dan, perbuatan
2. Tahap pra-operasional
(2,0-7,0): cirinya: skema berfikir masih terbatas, suka meniru
3. Tahap Operasional konkrit (7,0 -11,0), mulai
memahami aspek,komulatif materi
4.
Tahap operasional formal (11,0-14,0), anak
telah memiliki kemampuan, mengkoordinasi dua ragam kemampuan kognitif
|
||
1.1.6
Mendeskripsikan keragaman peserta didik dalam kemampuan intelektual
berdasarkan ciri-cirinya
|
Ø
|
||
1.1.7 Menjelaskan
tahapan perkembangan kecerdasan emosi peserta didik
|
Ø
|
||
Ø
|
|||
8.1 Memahami prinsip-prinsip
penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar sesuai
dengan
karakteristik lima mata
pelajaran SD/MI.
|
8.1.1
pengertian penilaian, pengukuran, dan evaluasi dalam pembelajaran
|
Ø
Pengukuran
adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat
kuantitatif.
Ø
Penilaian
adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan
kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif.
Ø
Evaluasi
adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian
Ø Apabila ada
seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang satu
panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka
otomatis kita akan cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa
lebih lama digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain sehingga kita memilih
sebaliknya.
Ø Peristiwa
menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di
pasar, sering kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum
membelinya. Biasanya kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun
tampak tangkai yang ada pada durian tersebut untuk mengetahui durian manakah
yang baik dan layak dibeli.
Ø
|
|
8.1.2
Jenis dan bentuk penilaian
|
Ø
Jenis
Penilaian :
Ø
KUIS,
isian atau jawaban singkat yg menanyakan hal-hal prinsip.
Ø
PERTANYAAN
LISAN, mengukur pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teorema.
Ø
ULANGAN
HARIAN, dilakukan secara periodik pada akhir pembelajaran KD tertentu.
Ø
ULANGAN
TENGAH SEMESTER DAN AKHIR SEMESTER, dilakukan dengan menggabungkan beberapa
KD dalam satu
Ø
TUGAS
INDIVIDU, diberikan dalam waktu-waktu dan kebutuhan tertentu dalam berbagai
bentuk (klipping, paper, dsb.)
Ø
TUGAS
KELOMPOK, digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok.
Ø
RESPONSI
atau UJIAN PRAKTIK, digunakan pada MP tertentu yg membutuhkan praktikum, baik
pra (untuk mengetahui kesiapan) maupun pasca (untuk mengetahui pencapaian KD
tertentu.
Ø
LAPORAN
KERJA PRAKTIK, dilakukan pada MP yang membutuhkan praktikum dengan mengamati
suatu gejala dan dilaporkan.
Ø
PORTOPOLIO
Penilaian dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik,
atas hasil pekerjaan seseorang (Popham,1994).
·
Salah
satu metode penilaian berkesinambungan yang memiliki hasil penilaian dengan
akurasi yang tinggi.
·
Kumpulan
hasil belajar / karya peserta didik (hasil-hasil tes, tugas perorangan,
praktikum) yang dinilai proses kemajuannya baik secara analitik, holistik
atau kombinasi keduanya.
·
Berfungsi
sebagai alat untuk mengetahui kemajuan (progress) tentang kompetensi yang
telah dicapai dan mendiagnosis kesulitan belajar dll.(bagi guru, peserta
didik dan orang tua).
Bentuk
Penilaian :
Ø
Tes
Tertulis
-
Obyektif : Pilihan ganda, Menjodohkan, Benar Salah
- Non
Obyektif : Kuis/Jawaban Singkat, uraian
Ø
Tes
Lisan
Ø
Tes
perbuatan
Ø
Non
Tes
-
Angket, Kuesioner, Check-list, Inventori, Skala Sikap, dan pengamatan.
Ø
Produk
|
||
8.1.3
Menjelaskan pengertian tes dan nontes
|
TES
1.
Mengukur pengetahuan (kognitif) selain itu mencakup aspek afektif dan
psikomotori
2.
Kualitatif
3.
Kemungkinan jawaban adalah benar atau salah
1. Menilai
sikap dan kepribadian (afektif)
2. Kuantitatif
3. Jawabannya
kurang pasti, missal : setuju , sangat setuju , ragu-ragu, tidak setuju,
sangat tidak setuju (kemungkinan jawaban bergantung pada testee)
|
||
8.1.4
Membedakan penilaian, pengukuran, evaluasi, dan tes
|
Ø Perbedaan
antara tes, pengukuran dan penilaian terletak pada waktu dan fungsinya.
Tes
digunakan sebagai alat atau media untuk memperoleh informasi tentang orang
lain. Pengukuran digunakan untuk memberi angka pada karakteristik tertentu
yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek yang diambil dari sebuah tes.
Sedangkan penilaian digunakan untuk mengambil keputusan berdasarkan data-data
yang diperoleh berdasarkan pengukuran sebelumnya.
Perbedaannya
terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih
sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja,
seperti prestasi belajar. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam
konteks internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencangkup semua
komponen dalam suatu sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal
tetapi juga pihak eksternal.Evaluasi dan penilaian lebih bersifat
komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu
alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang
bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik,
sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan
penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula
didasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
Perhatikan
ilustrasi berikut ini:
“Bu Fida ingin mengetahui apakah peserta didiknya
sudah menguasai kompetensi dasar dalam mata pelajaran IPA. Untuk itu, Bu Fida
memberikan tes tertulis dalam bentuk objektif pilihan ganda sebanyak 50 soal
kepada peserta didiknya (artinya Bu Fida sudah menggunakan tes). Selanjutnya,
Bu Fida memeriksa lembar jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban,
kemudian sesuai dengan rumus tertentu dihitung skor mentahnya. Ternyata, skor
mentah yang diperoleh peserta didik sangat bervariasi, ada yang memperoleh
skor 25, 36, 44, 47, dan seterusnya (sampai disini sudah terjadi pengukuran).
Angka atau skor-skor tersebut tentu belum mempunyai nilai /makna dan arti
apa-apa. Untuk memperoleh nilai dan arti dari setiap skor tersebut, Bu Fida
melakukan pengolahan skor dengan pendekatan tertentu. Hasil pengolahan dan
penafsiran dalam skala 0 – 10 menunjukkan bahwa skor 25 memperoleh
nilai 5 (berarti tidak menguasai), skor 36 memperoleh nilai 6 (berarti cukup
menguasai), skor 44 memperoleh nilai 8 (berarti menguasai), dan skor 47
memperoleh nilai 9 (berarti sangat memuaskan). Sampai disini sudah terjadi
proses penilaian. Ini contoh dalam ruang lingkup penilaian hasil belajar.
Jika Bu Fida menilai seluruh komponen pembelajaram maka berarti terjadi
evaluasi.“
Ø
|
||
8.1.5
tujuan, fungsi, dan prinsip-prinsip penilaian dalam proses pembelajaran
|
Ø 1. Tujuan Penilaian Hasil Belajar
a. Tujuan
Umum :
1) Menilai
pencapaian kompetensi peserta didik;
2) Memperbaiki
proses pembelajaran;
3) Sebagai
bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
b. Tujuan
Khusus :
1) Mengetahui
kemajuan dan hasil belajar siswa;
2) Mendiagnosis
kesulitan belajar;
3) Memberikan
umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar;
4) Penentuan
kenaikan kelas;
5) Memotivasi
belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk
melakukan usaha perbaikan.
Ø 2. Fungsi
Penilaian Hasil Belajar
Fungsi penilaian hasil belajar
sebagai berikut.
a. Bahan
pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
b. Umpan
balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
c. Meningkatkan
motivasi belajar siswa.
d. Evaluasi
diri terhadap kinerja siswa.
Ø
Ø Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar
Dalam
melaksanakan penilaian hasil belajar, pendidik perlu memperhatikan
prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:
Ø
1. Valid/Sahih
Penilaian
hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang
ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi
dasar) dan standar kompetensi lulusan. Penilaian valid berarti menilai apa
yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur
kompetensi.
2. Objektif
Penilaian
hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi oleh subyektivitas
penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa,
gender, dan hubungan emosional.
3. Transparan/terbuka
Penilaian
hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka artinya prosedur penilaian,
kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan
terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh semua pihak yang
berkepentingan.
4. Adil
Penilaian
hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
5. Terpadu
Penilaian
hasil belajar oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
6. Menyeluruh
dan berkesinambungan
Penilaian
hasil belajar oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi
dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis
Penilaian
hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
Ø
8. Akuntabel
Penilaian
hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
9. Beracuan
kriteria
Penilaian
hasil belajar oleh pendidik didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
|
||
8.1.6
Menerapkan prinsip-prinsip penilaian dalam pembelajaran
|
Valid : Contoh : Dalam pelajaran
penjaskes, guru menilai kompetensi permainan badminton siswa, penilaian
dianggap valid jika menggunakan test praktek langsung, jika menggunakan tes
tertulis maka tes tersebut tidak valid
Obyektif : Contoh : Guru
memberi nilai 85 untuk materi volley pada si A yang merupakan tetangga dari
guru tersebut, namun si B, yang kemampuannya lebih baik, mendapatkan nilai
hanya 80. Ini adalah penilaian yang bersifat subyektif dan tidak disarankan.
Pemberian nilai haruslah berdasarkan kemampuan siswa tersebut.
Adil : Contoh : guru penjaskes
laki-laki hendaknya tidak memandang fisik dan rupa dari murid perempuan yang
cantik kemudian memberi perlakuan khusus, semua murid berhak diperlakukan
sama saat KBM maupun dalam pemberian nilai. Nilai yang diberikan sesuai
dengan kenyataan hasil belajar siswa tersebut.
Transparan : Contoh : pada tahun ajaran baru, guru
menerangkan tentang kesepakatan pemberian nilai dengan bobot masing-masing
aspek, misal, Partisipasi kehadiran diberi bobot 20%, Tugas individu dan
kelompok 20%, Ujian tengah semester 25%, ujian akhir semester 35%. Sehingga
disini terjadi keterbukaan penilaian antara murid dan guru.
Bermakna : Contoh : bagi guru, hasil penilaian
dapat bermakna untuk melihat seberapa besar keberhasilan metode pembelajaran
yang digunakan, sebagai evaluasi untuk perbaikan kedepan, serta memberikan
pengukuran prestasi belajar kepada siswa.
Menyeluruh : Contoh : Dalam penilaian hasil akhir
belajar, guru Seni Budaya mengumpulkan berbagai bukti aktivitas siswa dalam
catatan sebelumnya, penilaian yang dikumpulkan mulai dari pengetahuan tentang
seni budaya, keterampilan menari, menggambar, bermusik, kehadiran dalam KBM,
dan penilaian sikap peserta didik, semua hal tersebut digabungkan menjadi satu
dan menghasilkan nilai.
Akuntabel : Contoh : guru bahasa mandarin dapat
menjelaskan secara benar kepada pihak terkait, tentang proses penilaian,
teknik penilaian, prosedur, dan hasil yang sesuai dengan kenyataan kemampuan
hasil belajar peserta didiknya
|
||
8.1.7 Menjelaskan lingkup penilaian dalam
pembelajaran
|
Hasil
belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain),
yaitu: (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup
kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika), (2) domain
afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi
dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
(3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup
kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
|
||
8.1.8 Menjelaskan ketuntasan belajar dalam
pembelajaran
|
Pembelajaran
tuntas (mastery learning) merupakan
suatu pendekatan pembelajaran untuk memastikan bahwa semua siswa menguasai
hasil pembelajaran yang diharapkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum
berpindah ke unit pembelajaran berikutnya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar